Coretan-coretan Qalam Kelam

Goresan pelampiasan rasa dan bacaan ringan sederhana, setelah diriku
berlari pada Yang Maha Mendekap Hati dan Mendengar Bisikan Nurani

Senin, 13 Mei 2019

"BERCERITA" SEJENAK BERSAMA "SERA"



Ahad pagi kemarin, sekitar jam 07.25, selepas aku membawakan barang titipan milik rekan kerjaku dari Setiabudi Home Living, aku memutuskan untuk pergi menikmati nuansa pagi yang amat cerah di Mesjid Besar Lembang, atau lebih tepatnya Mesjid Alun-Alun Lembang. Sebenarnya tempat ini adalah merupakan salah satu tempat favoritku dikala menantikan cahaya senja tiba.

Sebelum tiba ditempat ini (mengingat aku pergi kesana seorang diri), maka, dalam perjalanan aku sempat bergumam dalam hati seperi ini: "Jika seandainya aku dipertemukan dengan seorang teman, pertemukanlah aku dengan teman yang dapat membawaku pada taqwa, dan jika dipertemukan dengan jodoh, berikanlah jodoh yang bisa aku bimbing ke jalan Rabu-ku, begitu juga sebaliknya". Doa itu spontan hadir terlintas dalam benakku meski aku sendiripun sedikit ragu, akan tetapi doa itu benar benar aku ucapkan.

Jam 08.00 kurang aku sudah tiba di masjid tersebut. Selepas aku memarkirkan motor, aku langsung lari-lari kecil mengitari lapangan alun-alun, sembari menikmati sinaran mentari pagi yang mulai menampakkan diri sepenuhnya. Sesekali kubaca pula beberapa buku yang sengaja aku bawa dari rumah di dalam tas yang aku miliki.

Tanpa disadari sudah hampir 2 jam aku berada ditempat ini. Disaat sedang terduduk santai, tetiba aku teringat pada salah satu temanku, Ya temanku dia bernama SERA NUR RIZKI, ---(TEMAN BARU, yang secara tak sengaja aku mengenalinya ditempat kerja dulu, di setiabudhi supermarket 
sekitaran akhir tahun 2016 ketika itu musim moon cake, dan dia yang ditugaskan dari hotel tempat dia bekerja <Hotel Mercure> untuk menjaga kue-kue tersebut, bergantian dengan rekan kerjanya yang bernama Hanggipa. Bersamanya aku juga pernah sholat berjamaah di mushola tempat kerja tersebut, dimana kala itu dia menjadi seorang imam dalam sholat tersebut)--- yang mana rumahnya berada tak begitu jauh dari mesjid ini. Karena aku masih ingat, dulu sekitaran 8 bulan kebelakang, tepatnya tanggal 12/09/2018, dia pernah nge-DM, menanggapi sebuah postingan fhoto di mesjid ini, pada SG-ku yang kala itu kusematkan captions sepeti ini, ["Akhirnya MESJID ini menjadi tempat favoritku menanti kala senja tiba".] Dia lalu menanggapi SG-ku dengan tulisan seperti ini; ["A kalau lagi ada di Lembang, kasih kabar saya"]. Mungkin ini isyarat bahwa dia bersamaku akan berencana untuk bertemu. Mengingat aku dengannya selama ini berteman hanya terhubung via IG, WA dan FB, tanpa langsung bertatap muka.

Namun kemarin ketika aku berada ditempat ini, aku tak berani memberikan info padanya bahwa aku sedang berada di Lembang (Mesjid Besar Lembang) ini, karena aku takut menggangu temanku, barangkali dia sedang sibuk dengan aktifitasnya. Makanya niatku untuk menghubunginya tak ayal aku urungkan. Tapi jauh dalam benakku sebenarnya aku sangat menginginkan untuk dapat bertemu dengannya. Bahkan saat pertama kali sebelum keluar rumah, aku berniat pergi dari rumah datang ke mesjid ini memang mengharapkan tuk bisa bersua dengan temanku itu, selain juga hendak menikmati sejuknya hembusan angin dan suasana pagi di mesjid ini.

Tanpa terasa kini hari sudah siang. Matahari pun bersinar begitu terang. Hingga akhirnya suara adzan dzuhur pun terdengar berkumandang di puncak menara mesjid yang tinggi itu. Aku pun dari taman segera beranjak menuju tempat wudhu dan bergegas bersiap-siap untuk mendirikan sholat dzuhur berjamaah disana. Selepas sholat sunah qobliah dzuhur di shaf terdepan, aku tak henti menoleh kebelakang, berharap temanku tersebut ada sholat berjamaah di masjid ini, sehingga aku dengan dirinya dapat bertemu tuk sekedar bercengkrama dan berbagi bercerita tentang hidupku dan hidupnya sebagai seorang teman. Namun hingga suara iqamah terdengar dilafadzkan, aku tak kunjung melihat kehadiran temanku ditempat yang mulia itu. Kembali dalam pikirku berkata, mungkin bukan saatnya sekarang aku dengannya bisa berjumpa. Namun anehnya, hati kecilku tanpa sedikitpun ragu, tetep yakin bahwa harapan akan bertemu dengan temanku itu pasti ada pada hari ini.

Sholat dzuhur pun usai didirikan. Setelah sholat sunah ba'diah dzuhur, aku mencoba membuka dan meneruskan tadarusan yang biasa aku baca dan masih berada pada posisi halaman-halaman awal. Seusai buka mushaf, sesekali ku genggam handphone dan ada niatan tuk menghubungi temanku via WhatsApp hanya sekedar tuk memberi info bahwa hari ini sedang berada di Lembang, namun lagi-lagi niat itu aku urungkan dengan alasan yang sama, takut temanku tersebut sedang sibuk.

Saat tengah duduk sendiri dengan posisi Al-Quran masih berada dalam genggaman, tiba-tiba aku menoleh ke belakang, dan aku melihat dibelakang sana ada seseorang anak muda yang sedang menundukan wajahnya dengan khusyu tengah membaca Al-Quran kecil yang dia genggam. Aku sedikit terkejut dan heran, dari kejauhan anak muda itu terus aku perhatikan, karena dari wajahnya aku mengira dia terlihat mirip dengan wajah temanku. Tanpa berani untuk menegur dan menyapanya, dengan alasan takut salah orang, aku terus memperhatikan dia dari kejauhan.

Dengan sedikit tak percaya, aku terus memperhatikan dirinya yang masih saja tetap tertunduk khusyu pada mushaf yang terus dia baca. Sampai pada saat selang berapa menit aku menunggu, akhirnya dia pun menoleh ke arahku. Masya Alloh, Alhamdulillah sungguh tak menyangka sama sekali, ternyata benarlah dia adalah temanku (@seranurrizki) yang dari tadi tengah duduk dan khusyu membaca Quran itu. Dengan rasa yang masih sedikit tak percaya, segera aku menghampirinya dan kami pun saling berjabat tangan dan segeralah bercerita berdua bercengkrama di mesjid besar lembang ini.

Saat aku tengah bercengkrama dengannya. Aku katakan pada dirinya, "akhirnya kita bisa bertemu juga Alhamdulillah". Lantas aku pun tanyakan padanya, apakah dia sengaja datang ke mesjid hari ini dari rumah, atau bagaimana? Dia menjawab bahwa dia habis pergi dari luar, berhubung di perjalanan dia mendengar suara adzan dzuhur, akhirnya dia memutuskan untuk singgah dan sholat dzuhur berjamaah di mesjid ini. Bahkan dia juga mengatakan bahwa saat sholat dzuhur dia berada satu shaf denganku, namun karena dia tidak tahu keberadaanku makanya dia pun tak menyapaku. Aku juga katakan pada dirinya, ini merupakan Qadarullah kita bisa dipertemukan, karena sedari awal memang ada keyakinanku bahwa aku pasti akan bertemu dengannya pada hari ini. Dia hanya menimpali ucapan itu dengan perkataan, pantesan saja memang sedari awal udah ada niatan bertemu, makanya dipertemukan.

Dan setelah selang beberapa waktu, selama aku bercengkrama dengannya, banyak ilmu yang aku dapatkan darinya, tentang bagaimana keinginannya untuk membawa kebaikan pada banyak orang, bukan cuma untuk dirinya sendiri, bagaimana tentang keteladanan tanpa harus banyak berbicara, tapi mulailah lakukan apa yang terbaik maka orang lain pun akan mengikutinya. Ilmu yang lain, yang dia shareing adalah bagaimana keteguhan tekad dan niatnya dalam mengusahakan agar senantiasa bisa terus beristiqamah sholat di mesjid, hidup dalam kesederhanaan, bekerja apa pun bentuknya yang penting halal penghasilannya, bagaimana menumbuhkan rasa optimisme pada seseorang, bukan malah membangun rasa pesimisme atau membuat orang lain menjadi "nge-down". Belajar bagimana bersikap baik pada kedua orang tua, menyemaikan rasa semangat pada seorang adik yang "nota bene" mungkin masih menjadi bagian dari "sesuatu" yang harus dia tanggung. Kemudian dia juga mengemukakan ilmu yang dia dapatkan dari seorang temannya, bahwa, dunia itu tak bernilai sama sekali, bahkan tak lebih berharga dari seujung kuku sekalipun, bila dibandingkan dengan akhirat. Dia juga mengemukakan bahwa kejarlah fokuskan pada akhirat, maka dunia akan bermohon-mohon untuk mengikutimu. Dia sampaikan juga bahwa akhirat dan dunia harus seimbang, pun kalau ada yang harus lebih berat diantara keduanya, maka, AKHIRAT-Lah yang harusnya menjadi prioritas utama.

Banyak hal kemarin yang dia bagikan, dan yang lebih mengena bahkan seakan menjadi pukulan dan cambuk hati bagi diriku sendiri adalah ketika dia membahas tentang "JODOH". Tentang tingginya derajat orang yang telah berkeluarga, rezeki akan menambah menjadi dua kali lipat, semuanya akan bernilai ibadah dan Alloh pasti akan mempermudah segalanya. Seolah dia memberikan isyarat bahwa segerakanlah MENIKAH jangan ditunda-tunda, jika sudah ada calonnya, dan niatkan semua hanya tuk beribadah karena Alloh semata, (mungkin) itu yang kemarin bisa aku tangkap atas apa yang dia katakan.

Aku pun masih ingat ketika dia mengatakan bahwa, berilmu itu bukan untuk berdebat atau mendebat orang lain, menghindari perdebatan adalah yang rasul ajarkan, bahkan meski Beliau SAW benar sekalipun. Kemudian setelah berilmu jangan mudah menghakimi orang lain. Dan masih banyak lagi, termasuk juga sebuah petuahnya yang mengemukakan bahwa, "TIADA KATA TERLAMBAT DALAM MENUNTUT ILMU", juga nasihat yang lainnya yang tidak mungkin jika semua aku uraikan di tulisan ini.

Ada satu hal lain yang kemarin aku ingat tentang kata-kata yang dia ungkapkan adalah kalau tak kenal maka TA'ARUFAN, bukan tak kenal maka tak sayang. Karena tidak semua orang yang kita kenal harus di sayang. Misalnya istri orang lain kita boleh kenal tapi tak harus disayang juga kan. Ujarnya. Hahahaha.

Hal lainnya lagi yang tak pernah aku lupa atas apa yang menjadi harapan terbesar dari seorang temanku itu, dimana dia sangat menginginkan untuk bisa segera bertolak ke mekah, bahkan dia juga mengatakan bahwa seolah raganya memang ada disini, tapi jiwanya sudah berada di mekah. Inilah sebuah kerinduan yang agung terhadap tanah suci yang patut kita punyai seperti apa yang temanku ini miliki. Dia juga mengatakan dan membayangkan bagaimana rasanya sholat di depan ka'bah, itu yang sangat di cita-citakan. Aku berdoa semoga apa yang dia munajatkan akan segara terkabul, dan Alloh memberikan kemudahan agar dia bisa diundang ke tanah suci. Allohumma Aamiin

Aku perhatikan selama aku bercerita dan berbagi dengan dirinya, aku melihat pada dirinya ada kedewasaan dalam cara dia berfikir, meskipun usainya terpaut jauh dengan usiaku. Karena usia temanku itu, sekarang masih beranjak menuju 21 tahun. Usianya sama dengan usia adikku yang masih duduk di bangku kuliah saat ini. Memanglah kedewasaan orang itu berbeda-beda, tapi melihat cara dia berpikir, justru malah membuatku malu pada diriku sendiri, yang mana kedewasaanku masih kalah jauh bila dibandingkan dengan dirinya. Dewasa itu selain ditunggu tapi juga dicari. Makanya, benarlah kata pepatah bahwa, tua itu pasti, dan dewasa adalah pilihan.

Sebenarnya kemarin aku sangat berharap bisa lebih lama tuk bercengkrama mencari makna bersama temanku ini, namun nampaknya temanku ada keperluan lain, sehingga dia tak bisa berlama-lama dan memutuskan untuk segera berpamitan pulang, tak lupa dia juga dengan memberikan sebuah pengharapan, bahwa, semoga lain waktu akan bisa diagendakan untuk bisa kembali bersilaturrahmi.

Mengingat pertemuanku dengan temanku kemarin tanpa terduga dan diluar rencana, maka aku yakini disana ada campur tangan-Nya yang berperan dan atas izin-Nya aku dengannya dipertemukan.

Barangkali ada banyak alasan yang kita sendiri pun tidak tahu mengapa kita bisa dipertemukan dengan orang-orang baru atau meminjam istilah kata teman atau sahabat baru. Namun percayalah disana ada rencana yang telah Alloh atur, dan kita tinggal mengikuti alur cerita-Nya saja. Adakalanya pertemuan dengan orang yang salah akan semakin menjerumuskan kita pada kekhilafan yang semakin parah, lalu kita tersulitkan untuk kembali bersauh ke jalan yang tak lagi dianggap keruh. Pun demikian, terkadang Alloh pilihkan lebih sedikit teman untukmu, yang mana jika engkau berteman dengannya, maka dia akan lebih mendekatkan dirimu kepada-Nya, sementara Dia juga Maha Mengetahui, begitu banyak orang-orang diluar sana yang akan semakin menjauhkanmu dari sisi-Nya, meskipun kamu hanya cukup waktu sebentar saja untuk bersamanya.

Saat tersadar semua terjadi atas Qadarullah, maka kukira perjumpaan aku bersama temanku sehabis dzuhur kemarin bukanlah hal yang KEBETULAN karena semua takdir-NYA yang menentukan. Pertemuan yang sama sekali tak direncanakan tapi kehendak-NYA-Lah yang mengizinkan. Pertautan antara ruh-ruh yang sudah sekian lama saling menginginkan untuk silaturahmi, akhirnya hari kemarin terkabulkan, dan MESJID BESAR LEMBANG adalah menjadi satu tempat yang Alloh pilihkan.



Ruh-ruh itu seperti pasukan yang dihimpun dalam kesatuan-kesatuan. Yang saling mengenal di antara mereka akan mudah saling tertaut. Yang saling merasa asing di antara mereka akan mudah saling berselisih. (Al-Hadist)

Diakhir pertemuan, selain ilmu-ilmu darinya yang kudapatkan, ada perkataan dari dirinya yang kuingat sebelum dia berpamitan pulang: Duh maafkan A, kali ini saya belum bisa ngasih sesuatu untuk diberikan, soalnya saya gak tahu kalau kita akan bertemu disini" ujarnya, dan aku pun padanya mengucapkan hal yang serupa seperti apa yang dia utarakan.

Akhirnya sebelum aku dengan temanku ini benar-benar saling berpisah, aku dengan dirinya hanya mampu saling berterima kasih atas sedikit ilmu yang sudah sama-sama saling dibagikan".


Setelah adanya pertemuan dengan temanku ini, aku berdoa semoga akan bernilai pahala dihadapan Rabb Yang Maha Menyaksikan, mengingat aku dengannya hanya membicarakan tentang ilmu keagamaan. Bukankah ketika ada orang yang berkumpul dalam suatu majelis ilmu, maka, disana akan ada rahmat, ketenteraman dan para malaikat yang berkumpul mendoakan kebaikan padanya dan Alloh akan memudahkan orang tersebut menuju jalan ke jannah-Nya?

Aku juga berharap semoga kelak di alam kekekalan yang lain, temanku itu akan menjadi penolongku bila dirinya Alloh ijinkan untuk memasuki jannah-Nya sementara aku hangus terbakar legam di neraka, begitu juga hal sebaliknya. (Berharap diantara aku dengan dia salah satunya, atau dua-duanya akan Alloh ijinkan ke syurga). Allohumma Aamiin. Karena kuyakin seorang teman yang baik itu bukan saja akan mampu menolong saat di dunia semata akan tetapi ada peluang untuk menolong kita kelak di hari akhirat. Dan sesungguhnya yang namanya teman baik itu pasti dia akan saling mengingatkan akan kewajiban kita dan akan saling tolong menolong dalam hal kebajikan.

|Ali R.A, pernah berkata; "berbekallah kalian dari teman-teman sekedudukanmu yang baik, karena sesungguhnya mereka adalah penolong di dunia dan di akhirat". Mereka bertanya: Wahai Ali R.A, kalau menolong di dunia kami mengerti, tetapi bagaimana dengan menjadi penolong di akhirat? Ali R.A menjawab: "tidakkah kalian mendengar firman Alloh yang menyebutkan:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa". [Qs. Az-Zukhruf/43:67]
-read. ('Aidh Al-Qanri)|

Maka, bertolak dari sana kita bisa menganggap bahwa seorang teman yang baik, bisa menjadi aset untuk kita di dunia maupun kelak di akhirat. Ya, karena sesungguhnya BERTEMAN itu bukan hanya sekedar mencari seberapa solidnya KUALITAS dia tentang DUNIA semata, akan tetapi bagaimana KUANTITAS dia dalam MENGINGATKAN dirimu kepada DIRI-NYA, ketika kamu sudah mulai MELUPAKAN-NYA dan mendekatkanmu kembali kepada AGAMA yang mungkin terlampau sudah begitu jauh engkau TINGGALKAN.

Untuk menutup tulisanku ini, aku akan menukil sebuah tulisan yang pernah temanku ini tulis di SG-nya pada beberapa bulan kebelakang. Temanku pernah menuliskan captions seperti ini; "Semua bukan lagi tentang apa yang kita harapkan, tetapi apa yang Alloh ridhoi"].
(Sera Nur Rizki)

MESJID BESAR LEMBANG.
Ahad, 7 ramadhan 1440
Minggu, 12 Mei 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar