Coretan-coretan Qalam Kelam

Goresan pelampiasan rasa dan bacaan ringan sederhana, setelah diriku
berlari pada Yang Maha Mendekap Hati dan Mendengar Bisikan Nurani

Minggu, 14 Januari 2018

MENCARI MAKNA BERSAMA NANDO..



Ada cerita di  CK…
(CK) antara Circle Kay, Cerita Karangan, Cuma Kesamaan atau Cuma Kebetulan.

Kala itu, tiga hari yang lalu bersama @nandoalviano.

Malam itu, selepas ku turut serta menemaninya dalam mencari sesuatu yang dia perlukan, (membeli HP @BEC), tibalah waktunya untuk segera pulang, namun sayangnya diluar sana rintik hujan masih tak jua reda. Nampaknya tetesan air langit seolah memohon pada waktu agar mengizinkanku tuk sejenak rehat ditempat yang kutemukan seadanya. Walaupun sebenarnya, pada saat itu, rumahlah yang semestinya menjadi tujuan terakhirku, karena malam pun sudah semakin larut menuju puncak kegelapannya.

Detik per detik terus bergulir, akhirnya ditempat itu (CK), kucoba membeli sesuatu agar dapat kujadikan sebagai alasan untukku bisa bersantai sejenak dan duduk bersama di kursi yang telah disediakan. Meskipun alasan yang sebenarnya kala itu adalah hanya sekedar ingin "berteduh", kemudian menantikan dan berharap agar rinai hujan itu segera berhenti.

Tak lama setelah itu, akhirnya kudaptilah tempat duduk itu. Meski posisinya kurang begitu nyaman, karena berada dipenghujung toko dan sedikit dipojokkan atau hampir mendekati tepian jalan dengan sedikit minimnya cahaya penerangan. Maklumlah karena kursi yang strategis sudah habis dipenuhi oleh orang lain yang sama-sama menunggu gerimis hujan itu usai. Bahkan karena saking mirisnya tempat duduk yang kita dapatkan, sampai-sampai keluar kata-kata dalam sela-sela gurau canda tawa; [ngeri lah ieu arurang lalaki duaan mojok diujung bari mopoek maneh, dek naon meureun ceuk batur] (mengerikan, kita laki-laki diem ditempat gelap, duduk berdua-duaan, mau ngapain coba kata orang). Hahaha..

Seusai berapa waktu duduk bersama, tak ada yang memulai pembicaraan kala itu diantara kami, selain hanya sama-sama mengotak-atikan dan mencari tahu tentang bagaimana cara menggunakan sebagian fitur-fitur di HP baru yang dia beli, karena kita sama-sama belum sepenuhnya mengerti.

Selang beberapa menit, tiba-tiba berderinglah hp yang dimilikinya, dan kukira itu adalah chat dari si "FULANAH", seorang wanita yang dia anggap punya kenangan indah dalam hidupnya yang kisahnya kini telah usai. Maka, dari sinilah pembicaraan itu berawal dan dia sendirilah yang kemudian memulainya, yang mana posisiku disaat itu, lebih banyak mendengarkan apa yang dia utarakan.

Dalam pembicaraannya dia mengawalinya dengan pembahasan tentang kehidupan asmara dimasa SMA dan selebihnya tentang keluarga, teman, sekolah dan segalanya. Perlahan-lahan sedikit terbuka, terlebih tentang masa lalu dalam perjalanan hidupnya, yang semuanya itu hanya bisa dia jadikan sebagai wejangan dan pembelajaran diri untuk menuju langkah yang lebih baik kedepannya, katanya.

Seakan aku mengamini apa dia katakan tadi, lalu aku pun menukaskan pula beberapa kata yang maknanya hampir serupa dengan apa yang dia utarakan. Dengan maksud sedikit ingin menenangkan agar tidak PUTUS ASA ketika telah terjerumus kedalam masa lalu yang hitam, maka aku bisikan kata-kata ini kepadanya; "Semua orang punya masa lalu, bersyukurlah jika masa lalu kita baik-baik saja, namun jika seandainya masa lalu kita pernah salah, khilaf dan gelap, maka cepatlah untuk segera bertaubat, hijrahlah kepada Alloh Swt. Insyaa Alloh, jika sudah baik dan sadar, Alloh akan pertemukan pula kita dengan orang yang baik-baik. Kita harus tetap semangat karena harapan itu masih ada, ujarku kepadanya.

Aneh memang!
Diparuh waktu pembicaraan, semakin lama kudengar dan terus ku simak uraian dari ceritanya, aku merasa ada kemiripan yang sama persis tiada berbeda dengan apa yang kualami, ketika dia menuturkan perkataan dengan nada yang sedikit merendahkan suara, beginilah ujarnya: "sesungguhnya aku malu ketika, banyak orang yang [mungkin] menganggapku baik, padahal sebenarnya, apa yang mereka kira, sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ada].

Jleeeeb....
Plak, plak, plak....
Sesaat usai dia berkata seperti itu, disini seolah aku dapat tamparan keras terhadap diriku sendiri. Aku seakan terhenyak mendengar ucapan yang terlontar dari lisannya, seolah ucapannya itu menyakinkan diriku, bahwa, aku pun merasakan apa yang dia alami. Bahkan, bertahun-tahun rasa semacam itu terus menghantuiku dan terus membelenggu.

Waktu terus berlalu, sementara pembicaraan pun tetap berlangsung. Dimana kini giliranku yang mencoba sedikit bercerita. Dimana aku pun seakan tak mau kalah dan membalasnya dengan pelbagai cerita tentang kehidupanku dimasa dulu. Hingga pada akhirnya aku pun mampu mengatakan padanya bahwa "memanglah permasalahan kita banyak yang berbeda, tapi tidak sedikit pula yang sama, hanya saja itu terjadi pada waktu yang tak serupa. Ada banyak kesamaan cerita antara aku dengan dirinya dalam mengarungi hidup, meski mungkin dengan masalah dan alur cerita yang sangat jauh berbeda dari Sang Empunya Skenario [Alloh], tapi intinya kita tetap sama-sama pernah berada dan bermula dari masa lalu yang kelam dan melegam.

Dari lamanya bercerita di malam penuh makna itu,(-pent), akhirnya kita temukan sedikit pencerahan, ketika kita telah sampai pada titik kesadaran diri lalu terbias dalam secercah harapan dari jejak masa lalu yang kelam itu dengan menghadirkan semangat perubahan hijrah dengan sekilas merenungi apa yang telah diungkapkan oleh kyai sejuta umat KH. Zainuddin Mz, tentang kekelamam dimasa silam. Dia menuturkan kalimat ini: "Adalah lebih baik kita mulai dengan lembaran hitam atau bahkan kelam sekalipun, kalau akhirnya akan ditutup dengan lembaran putih. Daripada kita awali dengan lembaran putih kalau akhirnya akan ditutup dengan lembaran hitam, noda yang tidak terhapus.

Sembari diselingi dengan gurau canda, malam itu kita banyak berbincang tentang hitam kelam hidup yang sama-sama pernah dijalani tanpa membuka dan menceritakan tentang kesalahan apa yang telah terlanjur terjadi dan dengan tetap menghijabi aib yang ada pada masing-masing diri.

Disaat aku menganalisa dan menyimak ada banyak kesamaan seperti ini dengannya, aku seakan teringat pada sekelumit tulisan Ust. Felix Siau ketika ia menggoreskan sebuah tulisan seperti ini; Seseorang takkan menyelisihi kawanannya, maka bila ingin melihat nilai dirinya, nilailah dari kawanannya. Sebab ruh-ruh itu saling bertaut, dan saling menyesuaikan satu dan yang lainnya, sesuai dengan kesamaan.

Tanpa terasa, malam pun kian larut dan waktu pun hampir menunjuk pada pukul 23.30 lebih beberapa menit, sementara kitapun seakan tak sadarkan diri dan terus asik berbincang tentang hidup kita masing-masing. Saling berbagi dan saling menasihati tanpa ada kesan ingin saling "menggurui"

Namun sayangnya, disela kekhusyuan kita dalam berceritera, tiba-tiba kulihat ada bapak-bapak yang sedang membereskan deretan kursi-kursi tempat duduk yang lain yang sudah kosong. Dan ini barangkali memberikan isyarat bahwa tempat kami bersantai ini nampaknya akan segera ditutup.

Kemudian dengan sedikit nada tak terima, aku ungkap kata dalam tanya dan kubisikan pada kawan sekedudukanku, karena kala itu dia sendiri yang mengatakan bahwa CK itu buka 24 jam: [Katanya buka 24 jam, tapi kenapa jam segini kursinya sudah pada diberesin?, kataku ketus]. Dia pun menjawab dengan sedikit ragu dan pelan dalam bicaranya, [Iya kalau tokonya (CK) buka 24 jam, cuman mungkin tempat nongkrongnya enggak!, ujarnya].

Kala itu kita masih tak bergeming dari tempat duduk, karena berfikir dalam hati, mana mungkin kursi yang masih diduduki akan dia beresin. Kita berpura-pura apatis dan teruslah bercerita saling berbincang sembari sedikit ragu, karena nampaknya si bapak itu telah memberikan isyarat bahwa kita pun harus segera untuk pergi dari tempat duduk. Namun ironisnya isyarat itu tak kami hiraukan. Tapi nampaknya si bapak itu dia memaksakan diri, dengan halus dia mengusir 2 tenda dan 4 kursi yang masih berisi, termasuk saya salah satunya.

Hingga akhirnya dengan sedikit enggan dan bercampur tak terima, kita pun membubarkan diri tanpa permisi. Padahal pada saat itu gerimis hujan pun masih terus berjatuhan dan belumlah berhenti, seakan masih menginginkan untuk kita masih bertahan lama duduk disini. Namun apalah daya tempat sudah tak lagi mengizinkan untuk tetap terus saling berbagi. Hingga pada kenyataannya dengan sedikit berberat hati, akhirnya kita memutuskan untuk cepat pergi lantas bergegas untuk segera pulang.

Semoga dilain kesempatan dan di hari yang lain, akan ada saat yang memungkinkan untuk kembali mengulang saat-saat seperti ini. Meski tanpa rencana, tanpa sengaja, dan tanpa ada usaha atau CUMA KEBETULAN saja, [di dunia tak ada yang namanya KEBETULAN] sungguh aku sangat mengharapkan hal seperti akan terus terulang.

Kapanpun, entah dengan siapa dan entah dimana, asalkan saja tujuannya sama, yaitu untuk saling berbagi pengalaman lalu saling bertukar fikiran dalam memberikan pembelajaran agar tak akan pernah kembali mengulang kesalahan dimasa silam.

Hatur nuhun kang @nandoalviano tos berbagi pengalaman, semoga kita bisa menjadi manusia terpilih dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Allohmumma Aamiin..


Rekan bukan sekadar teman, tapi teman yang sesungguhnya ialah yang saling mengingatkan pada kebaikan, ketika kita melenceng sedikit ke jalan yang salah, maka temanlah yang langsung mengingatkan. #panggeuing
[ best quote from Nando Alvian]

     Tentang Teman | Almutakin